Senin, 19 Maret 2012

Karna Allah Sayang Kita

Suatu hari, di tengah berjalannya pembangunan infrastruktur gedung bertingkat pada proyek pemekaran daerah, seorang Arsitek berinisiatif untuk mengobservasi langsung para kontraktor apakah bekerja sesuai perintahnya dan mengontrol kesesuaian antara konstruksi bangunan aslinya dengan design karya sang Arsitek tersebut.


Satu persatu anak tangga ia naiki. Sampai di lantai ke sepuluh, ia baru teringat bahwa gulungan kertas design-nya masih tertinggal di bagasi mobilnya. Lelah ia menaiki tangga, ia memutuskan untuk meminta tolong saja kepada salah saorang dari para Kontraktor dan pekerja yang ada di bawah. Ia munculkan kepalanya ke luar jendela yang baru setengah jadi itu, lalu berteriak memanggil kerumunan orang-orang di bawah yang tengah sibuk berlalu-lalang dan membawa bahan bangunan.


Namun, sia-sia. Deru mesin bor dan bulldozer ditambah lokasinya pada ketinggian 10 tingkat mengalahkan suara kencang sang Arsitek. Suaranya hampir serak, dan tak satu pun dari para pekerja itu yang mendengar seruannya. Lalu ia berinisiatif melemparkan sesuatu untuk menarik perhatian para pekerja, barangkali akan ada yang menengok ke atas dan melihatnya. Ia temukan sebuah koin dari sakunya, lalu ia jatuhkan ke bawah di antara para pekerja itu. Syuut... cling... Koin itu jatuh tepat di hadapan seorang Kontraktor yang juga kawandnya. Sang Kontraktor tadi memungut benda bulat pipih mengkilap yang tadi jatuh di hadapannya. Ahaa... rupanya koin, lalu ia masukan ke dalam sakunya.


Melihat apa yang dilakukan Kontraktor itu, sang Arsitek lalu mengulangi aksinya melemparkan koin sambil berharap sang Kontraktor akan menengok ke atas dan melihat dirinya yang juga tengah sibuk menyeru dan melambai-lambaikan tangan.
Rupanya terulang lagi, hingga beberapa kali, sang Kontraktor tidak menengok ke atas malah mengantongi beberapa koin yang tiba-tiba jatuh di hadapannya itu.


Karna kesal, sang Arsitek akhirnya memutuskan melemparkan sesuatu yang mungkin akan sedikit menyakiti kawandnya ini namun tidak sampai parah melukainya, yaitu batu kecil. Ia cari sebutir batu yang kecil (baca: kerikil), lalu mengulangi aksinya melemparkan batu kecil ini ke arah sang Kontraktor. Syuut... tok... Kali ini mengenai tepat kepala sang Kontraktor. Lalu sambil mengaduh, sang Kontraktor memungut benda yang tadi jatuh di atas kepalanya, yang rupanya adalah batu kecil. Dan seketika itu ia menengok ke atas.


Akhirnya sang Arsitek dan sang Kontraktor itu pun bisa berkomunikasi.


***




Kawand, pernahkah kalian merasakan suatu fragmen episode hidup yang sulit, sempit, atau sakit? Tahukah kalian, mungkin itulah cara Allah melemparkan 'batu kecil' agar kita m-e-n-e-n-g-o-k--k-e--a-t-a-s. Sekedar menengok ke atas... dan berkomunikasi padaNYA. Allah tidak melemparkan kepada kita batu yang ukurannya amat besar sehingga akan melukai atau bahkan menghancurkan kita. Karna Allah Sayang Kita. Seperti seorang Arsitek tadi yang tidak mungkin melemparkan batu yang ukurannya amat besar kepada seorang Kontraktor yang juga kawandnya itu karna akan jauh melukainya.


Kawand, seperti koin tadi, mungkin ada banyak rizki dan kesenangan yang Allah hadirkan di hadapan kita, yang sejatinya adalah ujian atas keimanan kita padaNYA. Agar kita kembali mengingatNYA. Allah SWT berfirman, "Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)." (TQS. Al-A'raaf ayat 168)


Namun, jangan bersedih dulu ya, karna ada pujian dari Rosululloh bagi seorang Mu'min yang menghadapi hal ini: dari Abi Yahya Shuhaib bin Sinan ra. Rosululloh saw. bersabda: "Sesungguhnya menakjubkan keadaan orang Mu'min, karena segala urusannya sangat baik baginya, dan itu tidak akan terjadi kecuali bagi orang Mu'min. Bila ia memperoleh kesenangan, ia bersyukur, yang demikian itu baik baginya. Dan bila ia tertimpa kesusahan ia juga bersabar, yang demikian itu pun baik baginya". Tentang sabar, Rosululloh saw. bersabda, Hanyalah kesabaran itu pada benturan yang pertama kali." (Muttafaqun 'alaih. Hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhori dan al-Imam Muslim dalam shohi keduanya, dari sahabat yang sama dan mempunyai sanad)


Kawand, jadi jelas ya... tak ada jeda untuk berkeluh kesah, marah, juga bersedih hati atas semua hal yang menimpa kita :). Karna allah Sayang Kita, maka sejatinya Allah hendak meninggikan derajat kita agar kita semakin dekat padanya, jika kita mampu menyelesaikan tiap episode ujian ini dengan sikap terbaik kita. (azik :D)
SemangKA!
smangatz KAwand,,
smangatz Karna Allah!


[hikari]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar