Sabtu, 11 Agustus 2012

surat kecil untukmu, kawand



Dear, sahabatku...
yang kucintai karna Allah :)
Bagaimana kabarmu? Semoga selalu sehat dan senantiasa berada dalam naungan ridhoNYA...
Bagaimana kabar pagi dan malammu? Semoga setia keimanan itu lekat di dadamu. 

Rasanya lama aku belum menyapamu. Hari-hari yang datang dan pergi pun tanpa ku dengar cerita darimu, tanpa ku lihat lagi senyum renyah di wajahmu.

***

Sahabatku,

pernah tertawa bersama, pernah menangis bersama, itu kita.
pernah merasakan pahit dan manis bersama, itu juga kita.
pernah di "jalan" ini bersama... yah... itu kita.

Sahabatku, ingatkah kau, ada berapa banyak episode petualangan yang tlah kita lalui?
Tempat bermain kita dulu, mulai dari tanah kering berpasir sampai tanah basah berlumpur... mulai dari kolam yang kecil sampai lautan... mulai dari memanjat pohon sampai mendaki pegunungan. Ada setiap hari dengan jalanan yang panjang... kita kayuh sepeda, bercerita bersama, ditemani mentari dan langit biru. Ada shubuh berkabut, ada siang dibanjiri terik matahari, ada sore diminyaki senja kekuningan, juga ada malam yang dihujani gemerlap cahaya jutaan bintang di angkasa.

Teringat suatu hari saat kita jauh... bukan karna jarak kita, namun karna kesalku saat kau memilih lelaki itu sebagai teman baikmu, bukan lagi aku. Saat yang kutakutkan terjadi... aku merasa menjadi orang bodoh yang tidak bisa menyelamatkanmu dari pergaulan keliru itu.
Akhirnya, masa itu pun berlalu... alhamdulillah...

Kurasa makin menyayangimu saat kau pilih tutup sempurna auratmu, pelihara baik kesholihanmu, tumbuh-suburkan ketaatanmu padaNYA.
Hadir juga dalam lembaran hari kita, suatu episode saat kita belajar bersama, membicarakan cita-cita, hingga membesarkan hati untuk siap menjemput tantangan yang ada. Luar biasa.

Sahabatku, suatu saat yang berbahagia pun pernah hadir, saat kita bersama, berpegangan tangan di "jalan" ini. Saling menguatkan langkah, saling menghunjamkan tekad yang kokoh... tentang perjuangan kita untuk masa depan umat ini.

What amazing we are!

Nuansa pendidikan ala militer-nasionalisme yang kita teguk sejak lahir, tak halangi kita tuk menjadi militan demi ad-Diin ini... di usia tumbuh kita. Juga, jejak-jejak ayahanda kita, tak lagi menghantui pilihan hidup kita. Karna kita tlah yakin, apa yang Allah tetapkan dan tuturkan dalam firmanNYA, itulah peta hidup kita...

Episode baru pun dimulai... "Persahabatan karna Allah."



***

sahabatku yang baik, yang kucintai karna Allah... sungguh bingung diri ini bagaimana lagi caraku mengatakannya padamu.

sekarang kau di mana, aku tak tahu...
sekarang hal gundah apa yang tengah bersarang di batinmu,, aku pun tak tahu...

tak ada balasan SMS, tak ada telpon yang diangkat. 
Sahabatku, tolong yakinkan diri ini, bahwa kabar yang kudengar tentangmu yang menghilang... itu salah!

***

Saat kau baca surat kecil ini, ku ingin kau tahu, masih ada lebih dari sejuta rasa sayangku untukmu. Terasa sedih aku saat yang kau rasa kau tengah sendiri. Seolah aku tiada dan tertelan bumi. Mohon maafkan diri ini, belum bisa menjadi sahabat yang bisa selalu ada di sampingmu untuk temanimu hadapi setiap kerumitan permasalahan yang bertamu di kehidupanmu. Tapi percayalah, aku tidak meninggalkanmu. 

Sahabatku, tolong jawab pertanyaan hati ini, mengapa yang kukhawatirkan sekarang... tentang telapak kakimu yang sedang menyusuri tepian jurang? mengapa hal-hal itu yang terbersit di hati kecil ini? Kalau lah itu benar adanya... tolong jangan berlama-lama di sana... kau sudah tahu apa bahayanya... dan izinkanlah kali ini aku hadir untuk menarikmu kembali ke "jalan" ini.

Sungguh, aku mencintaimu karna Allah...






[hikari]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar